Ustadz Adi Hidayat (UAH). (Foto: muhammdiyah.or.id)
JAKARTA — Ustadz Adi Hidayat (UAH) membangun pondok pesantren di Kampung Cipancur, Sukacai, Baros, Serang, Banten. Pesantren seluas 1,5 hektare itu diberi nama Pondok Pesantren (Ponpes) Ma’had Islam Rafiah Akhyar (MIRA) Institute.
Pesantren tersebut fokus pada kaderisasi ulama dengan standar terukur baik dari segi keilmuan, pendidikan Al-Qur’an, Sunnah, dan bahasa Arab. UAH ingin melahirkan penghafal Al-Qur’an dari tanah kelahirannya.
Para santri Muslim yang menuntut ilmu di Ponpes MIRA Institute tidak dipungut biaya sedikitpun alias gratis.
Pembangunan Mira Institute bukan kali pertama yang dilakukan UAS. MIRA Institute memiliki program virtual. Melalui laman resminya, MIRA Institute disebut sebagai pesantren virtual pertama yang menampilkan ajaran Islam terindah dengan konsep pembelajaran terbaik.
Terdapat enam pengajar utama di MIRA Institute, yakni Ustadz Adi Hidayat (UAH), pengajar di Al-Azhar Kairo Syaikh Ali Ibrahim, Syaikh Hasan Thaha Muhammad, Dr Syauqi Sayyid al-Atthar, dan Syaikh Musthafa Muhammad Abdullah.
UAH belum lama ini menjelaskan prosedur pendaftaran dan biaya di Pondok Pesantren MIRA Institute yang berfokus pada mencetak kader ulama sejak usia dini.
Pondok Pesantren MIRA menerima siswa mulai dari usia 3-4 tahun melalui Akyar International Islamic School di Bekasi, Jawa Barat.
“MIRA itu satu kesatuan dengan sistem pendidikan yang kami siapkan untuk hanya menyiapkan kadar ulama saja dari usia dini, usia kurang lebih 3 sampai 4 tahun, dimulai di Bekasi dari jenjang Ais namanya akyar International Islamic School jadi kami terima dari usia 3 tahun,” kata UAH dalam unggahan video YouTube resminya, dikutip Selasa (28/5/2024).
Program berjenjang ini mencakup pendidikan dari tingkat Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-Kanak (TK), hingga Sekolah Dasar (SD). Setelah lulus dari SD, siswa dapat melanjutkan ke Pondok Pesantren MIRA, dengan kuota 40 siswa per tahun. Jika terdapat kekosongan kuota, akan dibuka seleksi tambahan.
Adapun seleksi dan persyaratan di Pondok Pesantren MIRA menekankan pada hafalan Al-Qur’an. Siswa yang masuk juga harus melalui proses adaptasi untuk menyamakan level pendidikan, baik dari segi hafalan, ibadah, maupun adaptasi lingkungan.
Bagi siswa yang melanjutkan dari Bekasi, seluruh biaya pendidikan di Pesantren MIRA ditanggung melalui beasiswa penuh, termasuk pakaian dan kebutuhan harian selama di pesantren. Untuk siswa yang berasal dari luar sistem pendidikan Bekasi, dikenakan biaya adaptasi awal, yang disesuaikan dengan biaya operasional di Bekasi.
UAH menegaskan bahwa pesantrennya tidak mencari keuntungan dari biaya pendidikan, melainkan murni untuk operasional dan keberlanjutan program. Semua kebutuhan pendidikan, dari tingkat SMP hingga S3, disediakan tanpa biaya, dengan kerja sama internasional untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
“InsyaAllah seluruhnya itu full scholarship tidak ada biaya, bahkan baju pun disiapkan,” jelas UAH.
UAH berharap pesantrennya meningkatkan kualitas pendidikan dan membuka peluang lebih luas bagi generasi muda Indonesia dengan mengumumkan kesempatan beasiswa untuk jenjang S2 hingga S3 di universitas terkemuka di Timur Tengah.
“InsyaAllah, di pembuka tahun ini, kami ingin menyampaikan pesan bagi seluruh lapisan bangsa, anak-anak didik terbaik Ibu Pertiwi Indonesia, yang berminat untuk melanjutkan pendidikan setingkat magister sampai doktor,” kata UAH menandaskan.